Bulan Februari tidak terasa hanya menyisakan satu hari lagi, Bookmarker. Dan pada awal bulan, saya sudah mengisyaratkan akan menulis postingan terkait wawancara dengan penulis atau penerbit secara berkala. Untuk bulan ini, tadinya postingan tersebut akan di-publish pada hari Jumat, 26 Februari lalu tapi ternyata saya sedikit disibukkan oleh rutinitas lain. Oleh karena itu, rekap wawancara tersebut baru bisa diposting hari ini, dan hari minggu terakhir setiap bulan untuk potingan berikutnya.
Baiklah, bulan ini saya diberi kesempatan untuk mewawancarai penulis yang baru saja menetaskan novel perdananya tahun ini. Dia adalah Mbak Diasya Kurnia. Meski baru unjuk gigi dengan novel pertamanya, perempuan yang lahir di kota Reog ini mengaku sudah mulai menulis semenjak duduk di sekolah dasar. Menulis tentu bukan aktivitas yang mudah. Nah, ingin tahu jatuh-bangun Mbak Diasya dalam merampungkan novel pertamanya dan bagaimana kegiatan menulis rutinnya setiap hari?
Let's check this out, Bookmarker!
Saya : Halo, Mbak Diasya Kurnia, apa kabar?
Terimakasih, lho, sudah mau meluangkan waktu untuk wawancara bersama Latest Bookmark.
Sebelumnya, selamat untuk novel perdananya. Bagaimana nih perasaannya setelah
berhasil menelurkan karya pertama ini? Pasti senang dong ya?
Diasya : Alhamdulillah baik. Ehm, perasaan saya
sedikit campur aduk. Senang karena semua kerja keras terbayar lunas setelah
melihat novel ini mejeng di toko buku. Tapi ada sedikit was-was juga dengan
respons pembaca menilik ini adalah karya perdana. Beban moral terasa banget jika
ternyata novel ini tidak sesuai dengan ekspektasi pembaca. Tapi, saya akan
selalu menerima kritik dan saran untuk perbaikan karya saya selanjutnya.
Saya : Oke, sebelum membahas
lebih lanjut tentang Interval dan aktivitas menulis Mbak Diasya, bisa
memperkenalkan diri terlebih dahulu profil Mbak secara singkat sebab katanya
jika tidak kenal maka tidak sayang. Hehe
Diasya : Hahahaha. Nama lengkap saya Diana Kurniasari, lahir
di Ponorogo tahun 1992. Saat ini saya adalah seorang Ibu rumah tangga dengan satu orang anak dan sangat suka menulis.
Saya : Ngomong-ngomong, sejak kapan suka menulis dan siapa penulis favorit Mbak Diasya?
Diasya : Kalau suka menulis sih sejak duduk di sekolah dasar. Saya
ingat betul cerita yang saya buat pas kelas tiga. Alasan suka menulis sih
karena dari kecil saya suka membaca. Nah, saya suka mengapresiasikan apa yang
saya baca lewat tulisan. Sampai saat
ini, belum ada yang bisa menggeser posisi JK Rowling di hati saya. Sebenarnya
saya suka genre fantasy dan beberapa novel terjemahan termasuk
Melissa Marr salah satunya.
Saya : Wah,
JK Rowling memang idola sejuta umat ya, Mbak. Oke, sekarang ayo kita bahasa Interval. Bisa
diceritakan secara singkat novel ini sebenarnya berkisah tentang apa?
Diasya : Interval itu tentang gadis penari jathil yang
harus menghadapi pandangan negatif masyarakat di kotanya sendiri. Ya, novel ini
bergenre teenlit, tentu saja percintaan khas remaja lebih mendominasi.
Saya : Bagaimana proses kreatif ketika menulis Interval? Apa ada observasi khusus atau kendala yang dialami?
Diasya : Ada dong, saya datang langsung ke tempat pembuatan topeng Bujang Ganong buat lihat proses pembuatannya. Ide penulisan novel ini saya dapat dari curhatan seorang
teman adik saya yang masih SMA. Dia dilarang menari sama orang tua hanya
gara-gara status penari jathil keliling. Akhirnya saya endapin deh ide tersebut
dengan sedikit tambahan konflik. Waktu saya ajukan ke Mbak Rina (red: editor) eh disetujui. Kalau kendala sih mungkin saya
agak susah memastikan setting tempat biar nggak sekedar tempelan. Selain itu, sebenarnya menulis novel ini sedikit perlu perjuangan karena saya juga sedang hamil muda. Sumpah, mood dan kondisi saya sedang buruk sekali apalagi dengan
tenggang waktu yang diberikan nyaris sama dengan momen ngidam. Tapi,
saya bisa melakukannya dengan baik.
Saya : Wah, menarik, ya prosesnya. Jadi kira-kira berapa lama nih penulisan Interval sampai bisa mejeng di toko buku?
Diasya : Lama nyaris setahun loh. Saya
mengajukan ide bulan Maret 2014 di-acc lalu mengajukan outline yang ditolak tiga
atau empat kali sampai acc sekitar bulan September. Tahap menulis mulai Oktober
hingga Januari. Bulan April 2015, saya menerima MoU pertama via pos. Baru awal
2016 ini beredar di toko buku. Kuncinya cuma satu, sabar. Dua tahun
deng kalau sampai bisa mejeng di toko buku. Hihihi
Saya : Wah, lama juga ya prosesnya. Lewat Interval ini, apa yang
sebenarnya ingin disampaikan oleh Mbak kepada para pembaca?
Diasya : Saya ingin membuka mata orang-orang
khususnya di Ponorogo agar mencintai budaya sendiri. Ya, meskipun saya sendiri
nggak begitu pandai menari jathil. Hehe.
Saya : Sekarang apa aktivitas Mbak selain jadi
ibu rumah tangga? masih berkutat dengan naskah baru?
Diasya : Menulis masih menjadi hobi saat saya nggak
sibuk dengan rutinitas. Emang membiasakan diri buat konsisten menulis itu rada
susah. Saya lagi membuat outline terbaru novel lama yang dulu sempat masuk 10
besar lomba menulis novel genre teenlit. Selain itu, saya lagi suka menulis
cerita anak. Sudah ada beberapa cerita anak yang akan saya kirim ke media.
Berharap salah satu atau semuanya top cerrr. Haha.
Saya : Oke,
terakhir, Mbak, kenapa Bookmarker harus membaca Interval?
Diasya : Jika kalian ingin novel
bergenre teenlit dengan sedikit nuansa lokalitas mungkin Interval bisa menjadi
salah satu koleksimu.
Saya : Baik, terimakasih untuk wawancaranya, Mbak Diasya. Semoga novel terbarunya lekas masuk ke toko buku
Nah, itu dia hasil wawancara saya dengan Mbak Diasya Kurnia. Ternyata, untuk menjadi penulis memerlukan proses yang tidak mudah ya. Ada begitu banyak hal yang perlu dijalani, tetapi yang utama tentu adalah tidak berhenti menulis, menulis dan menulis.
Sekian TALK edisi bulan Februari, tunggu TALK edisi bulan berikutnya, ya!