#31 | Inteligensi Embun Pagi - Dewi Dee Lestari


Inteligensi Embun Pagi
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 724 halaman
Cetakan: 26 Februari 2016
ISBN: 9786022911319


Setelah mendapat petunjuk dari upacara Ayahuasca di Lembah Suci Urubamba, Gio berangkat ke Indonesia. Di Jakarta, dia menemui Dimas dan Reuben. Bersama, mereka berusaha menelusuri identitas orang di balik Supernova.

Di Bandung, pertemuan Bodhi dan Elektra mulai memicu ingatan mereka berdua tentang tempat bernama Asko. Sedangkan Zarah, yang pulang ke desa Batu Luhur setelah sekian lama melanglangbuana, kembali berhadapan dengan misteri hilangnya Firas, ayahnya.

Sementara itu, dalam perjalanan pesawat dari New York menuju Jakarta, teman seperjalanan Alfa yang bernama Kell mengungkapkan sesuatu yang tidak terduga. Dari berbagai lokasi yang berbeda, keterhubungan antara mereka perlahan terkuak. Identitas dan misi mereka akhirnya semakin jelas.

Hidup mereka takkan pernah sama lagi.


“Bayangkan, rasanya menjadi aku. Harus memburumu setiap kelahiran.
Menungguimu di setiap kematian. Mengingatkanmu berulang-ulang siapa aku, siapa kamu.
It’s torturing, Love. But I also go to watch you falling in love with me, desperately, over and over again.”
“Ishtar, ngae abamen?” Alfa mengulang, memohon.
“They stole you from me, Anshargal.”

Jika di buku Supernova; Gelombang, bagian yang paling melekat di benak saya adalah nyanyian merdu Kell ketika dia duduk bersebelahan dengan Alfa dalam perjalanan udara menuju Indonesia, maka di Inteligensi Embun Pagi, salah satu bagian yang sampai sekarang masih tidak bisa saya lupakan adalah keluhan Bodhi setelah mereka bertarung melawan Sarvara di Sianjur Mulamula.

“Aku pikir tugas kami sudah selesai,” sahut Bodhi.
Kalden meliriknya sambil mendengus geli, “Ini awal kebersamaan kalian sebagai sebuah gugus.”

Penggalan percakapan tersebut seolah menjadi sebuah clue bahwa Inteligensi Embun Pagi bukanlah akhir dari legenda Supernova, atau Gugus Asko secara khusus. Hal ini tampaknya didukung oleh beberapa sekuens cerita yang belum benar-benar menjadi pamungkas di novel pamungkas ini. Ini merupakan kabar gembira sekalipun saya sendiri belum mendapatkan keterangan yang benar-benar membuat saya yakin.

Inteligensi Embun Pagi menyambung ending dalam novel sebelumnya tentang pencarian Diva di Peru. Alih-alih mendapatkan Diva, Gio malah menemukan kebenaran tentang identitas dirinya yang selama ini tidak dia ketahui. Dia adalah seorang peretas dan lewat sebuah upacara Ayahuasca di Lembah Suci Urubamba, detail pertama tentang tugasnya lahir ke dunia mulai tampak. Di tangannya ada empat batu bertulpa yang harus dia berikan pada setiap peretas dan tujuan hidupnya pun berubah. Dia kembali ke Indonesia dan mulai mengurai benang kusut itu dengan menemui pasangan Dimas-Reubeun, Ferre dan Toni.

Di sisi lain, Elektra dan Bodhi saling menemukan diri mereka sendiri lewat terapi listrik. Keduanya menyadari identitas masing-masing dan mulai mencari simpul dari kehidupan yang telah mengantar mereka pada berbagai hal yang tak biasa. Sayangnya, proses pencarian jati diri mereka diintervensi oleh kelompok Sarvara.

Alfa masih dengan Kell dan berbagai percakapan yang membuat kepalanya pening. Percakapan-percakapan itu mengantarkannya pada rencana pertemuan dengan Bodhi dan Elektra. Sementara itu, sekuens yang tidak bisa diintervensi siapa pun antara Zarah dan Gio akhirnya terlaksana juga.

Pyuh!

Panjang sekali tampaknya kalau saya harus meringkas Inteligensi Embun Pagi.

Ini dia para peretas dari Gugus Asko!

Bodhi Liong. Akar. Peretas Kisi.
Elektra Wijaya. Petir. Peretas Memori.
Zarah Amala. Partikel. Peretas Gerbang.
Alfa Sagala. Gelombang. Peretas Mimpi.
Gio Clavis Alvarado. Kabut. Peretas Kunci.
Belum dinamai. Permata. Peretas Puncak.
 

Ini bukan kali pertama saya membaca novel setebal lebih dari tujuh ratus halaman tapi ini kali pertama saya membaca novel serasa naik roller coster kilat, tidak ada waktu untuk bernapas. Beberapa hal yang menyebabkan ini terjadi adalah pergantian tiap aksi dari satu karakter ke karakter yang cepat, munculnya banyak informasi baru tentang legenda Supernova dan tentu saja karena saya tidak ingin menunda-nunda untuk mengetahui ujung dari kisah yang sudah sejak kelas satu SMA saya ikuti ini.

Daebak!

Jauh sebelum membaca Inteligensi Embun Pagi sebenarnya saya sudah sempat membaca review-review yang penuh dengan spoiler di akun Goodreads dan salah satu orang yang paling saya ikuti review-nya soal Supernova memberikan bintang tidak memuaskan. Hal tersebut membuat saya sedikit ragu untuk membaca Inteligensi Embun Pagi, selain karena saya tidak ingin membaca kata TAMAT di bagian akhir cerita.

Tapi ya, mungkin ini masalah selera, saya suka, Inteligensi Embun Pagi, saya suka!

Sekalipun ada beberapa bagian yang membuat saya merasa kehilangan; (1) Watak Zarah dan Alfa yang tipikal, misalnya. (2) Candaan Elektra yang sebenarnya segar tapi agak mengganggu karena terjadi di bagian paling kritis, peperangan. Dan saya masih berpikir (3) Kenapa lagu yang Gio nyanyikan ketika menyelamatkan Paul dan Zarah adalah Bengawan Solo.

Di sisi lain, rasanya ini fiksi fantasi pertama yang Indonesia banget. (1) Logatnya Pak Kas yang meskipun sedikit mengganggu tapi memang dia lahir kembali ke Samsara sebagai orang Jawa, ya mau bagaimana lagi. (2) Chen-doll yang terselip di antara ketegangan para peretas menunggu kepastian nasib Elektra, tapi ya chen-doll memang minuman yang tepat dikonsumsi di segala situasi jadi mau bagaimana lagi. Hidup Tim Chen-doll!!! (3) Sianjur Mulamula, kalau bagian ini sih saya setuju karena Alfa sebagai ketua para peretas dari Gugus Asko yang lahir dan besar di Sianjur Mulamula pasti menyimpan portal cadangannya di tempat yang familiar untuk dirinya sendiri.


Anyway, saya juga sebenarnya suka dengan isu-isu legenda masa lalu, mitologi, dewa-dewi dan kisah-kisah soal makhluk dengan peradaban yang tinggi di luar bumi manusia. Dan merasa Dee cerdik sekali mengaitkan itu semua, termasuk pada drama cinta antara Alfa dan Ishtar yang ternyata merupakan jelmaan Anshargal dan Ishtar dari kebudayaan Sumeria dulu kala. Bagian ini yang paling mengejutkan dan coba bayangkan, dewa-dewi yang dulunya sepasang harus lahir kembali berkali-kali sebagai makhluk yang berseberangan.

Dan akhirnya kita sampai pada beberapa sekuens dari Supernova yang seolah mengindikasikan bahwa legenda ini belum usai.

(1) Kelahiran Permata si Peretas Puncak. Ini sih spoiler abis kalau legenda Supernova—atau khususnya perjalanan para peretas dari Gugus Asko belum selesai. Soal identitas Permata entah kenapa saya merasa dia adalah penjelmaan Alfa yang tewas di pertarungan, di sisi lain posisi Gelombang sudah diambil alih oleh Foniks. Sementara itu, kematian Alfa juga berarti kelahiran kembali dia ke Samsara. Who knows?

(2)  Amnesia para peretas di Gugus Kandara—Gugus sebelum Asko yang diketuai oleh Diva—sudah mulai pulih satu persatu. Pertemuan Bong si Bulan dengan seseorang berjubah hitam adalah mulanya, yang kemudian merambat pada pertemuan Bulan dan Ksatria. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang menyadarkan Bong bahwa dia adalah seorang peretas sementara ketua mereka jasadnya saja belum ditemukan. Deskripsi yang paling jelas sih orang misterius itu lebih mendekati pada ciri-ciri Ishtar. Apa ada kemungkinan bahwa para peretas dari Gugus Kandara akan dikonversi menjadi Sarvara?

(3) Keberadaan Firas. Ini yang gantung dan apa banget. Dia kembali masuk ke dunia nyata, bersinggungan dengan Zarah dan tiba-tiba hilang. Bisa jadi sih Firas dipersiapkan oleh para Sarvara untuk menjadi musuh utama para peretas dari Gugus Asko, apalagi dengan indikasi bahwa para peretas lain dari Gugus Kandara kemungkinan besar juga akan dikonversi. Jadi mungkin nanti akan ada persinggungan antara para peretas dan para mantan peretas. Cie, mantan!

(4) Percakapan Bodhi dan beberapa infiltran yang saya kutip di atas. Logis sih, jika sebenarnya ini adalah awal petualangan yang sebenarnya bagi para peretas dari Gugus Asko karena mereka saja baru pada pulih dari amnesia. Pertarungan mereka dengan para Sarvara di Sianjur Mulamula tampaknya belum ada apa-apanya dengan pertarungan mereka nanti di kisah selanjutnya.

Pada akhirnya, kita hanya perlu menunggu semoga para peretas dari Gugus Asko hidupnya tidak hanya sebatas untuk memperbaiki kericuhan yang disebabkan oleh Bintang Jatuh. Yuk berdoa semoga Dee cepat merampungkan cerita yang masih berkaitan dengan Supernova.

Tahun 2020 mungkin?


Post a Comment