Bicara | Di Balik Lara Miya, Ada Erlin Natawiria


Pada akhir tahun lalu ketika saya masih menjadi pemula di sebuah platform penulisan digital, saya berkenalan dengan banyak penulis. Entah mereka yang masih sama-sama memulai atau  mereka yang sudah cukup lama berkecimpung dan menerbitkan novel. Salah satu dari para penulis itu adalah Erlin Natawiria. Nama ini awalnya asing di telinga saya, tapi entah dari sekian banyak probabilitas dalam hidup, saya menemukan bahwa kami seharusnya cukup akrab. Ada beberapa kebetulan Tuhan yang selalu membuat saya melihat namanya; kesamaan tanggal lahir, saling bertukar baca di satu platform menulis digital yang sama, tinggal di kota yang sama, mendapatkan hadiah novel ketiganya dan kembali bertemu untuk mengisi rubrik pertama BICARA.

BICARA sebetulnya bukan rubrik baru di Latest Bookmark, tahun lalu bernama TALK yang sayangnya tak berjalan mulus. Tahun ini, semoga BICARA bisa selalu hadir setiap akhir bulan bersama para penulis novel yang kalian minati.

Edisi pertama ini, saya ingin mengajak kamu berkenalan dengan mojang Bandung yang sudah wara-wiri menulis online dan mendapat banyak pembaca ini. Membicarakan novel terbarunya yang tergabung dalam serial #BlueValley yang diterbitkan oleh Falcon Publishing.

Halo, Erlin Natawiria! Terima kasih sudah mengizinkan saya dan Labu untuk melakukan wawancara. Langsung saja ya, wawancara ini terdiri dari lima pertanyaan yang cukup panjang. Hasil wawancara ini semoga bisa dijadikan sebagai ilmu—tidak hanya bagi pembaca tetapi juga untuk penulis pemula. Cus! 

1.    INTRODUCING – Sudah menerbitkan tiga novel dan aktif menulis di platform digital pasti sudah banyak yang mengenal kamu, tapi barangkali ada yang sebatas mengenal nama saja dan ingin tahu lebih jauh. Siapa sih sebenarnya Erlin Natawiria ini dan novel apa sebenarnya Lara Miya, boleh dijelaskan?

ERLIN –  Sebelum menyandang status sebagai penulis, aku sudah akrab dengan membaca dan menulis sejak kecil. Kemudian saat menginjak bangku kuliah, aku mulai aktif menggunggah tulisan-tulisan singkat di blog, koran, dan Nulisbuku. Aku menerbitkan karya debutku, ATHENA: Eureka (pembuka season 2 dari serial Setiap Tempat Punya Cerita), bersama Gagas Media pada Desember 2013. Setelah itu aku mengambil jeda untuk mengurus skripsi, wisuda, dan bertualang di dunia kerja. Sebenarnya aku enggak berniat buat rehat selama tiga tahun, tapi sepertinya baru berjodoh lagi untuk menerbitkan novel di tahun 2016. Novel keduaku, The Playlist, terbit di bulan September 2016 bersama Grasindo. Selang 3 bulan kemudian atau tepatnya di bulan Desember 2016, Lara Miya lahir sebagai salah satu novel dari serial Blue Valley terbitan Falcon Publishing.

Dalam Lara Miya, kalian akan bertemu Miya, seorang gadis keras kepala yang tiba-tiba harus menghadapi musibah beruntun. Dimulai dari orangtuanya yang tewas dalam kebakaran besar, dipecat dari pekerjaannya sebagai social media officer gara-gara kabur sebelum bertemu klien penting, dan tentu saja kehilangan tempat tinggalnya. Di tengah masalah yang sangat pelik tersebut, Miya hanya punya satu pilihan untuk bertahan hidup: tinggal bersama tantenya yang super disiplin, Amaya, di cluster Blue Valley. Di Blue Valley, Miya bukan cuma menata kembali hidupnya yang hancur berantakan, tetapi juga harus menghadapi kehilangan bersama seseorang dengan kepribadian yang bertolak belakang darinya.

2.    BEST & WORST – Kamu sebagai penulis sudah tentu paling tahu bagaimana sebenarnya Lara Miya, mulai dari kenapa premis yang diangkat adalah kehilangan, kenapa karakternya Miya, bagaimana alur seharusnya berjalan dan apakah bentuk akhir dari Lara Miya yang kini sudah bisa dibeli di toko buku ini sudah sesuai dengan yang diharapkan. Apa bagian terbaik dan terburuk dari Lara Miya? Bagian ini bisa dirujukkan pada apapun yang muncul ketika mendengar kata terbaik dan terburuk soal Lara Miya di dalam benak kamu.

ERLIN – Ada banyak kesan dan pengalaman yang aku dapatkan selama menulis Lara Miya. Untuk yang terbaik adalah saat aku berhasil menghadapi kesulitan-kesulitan ketika menulis Lara Miya. Selama ini, aku dikenal sebagai penulis kisah-kisah romance, sedangkan saat menulis Lara Miya, aku harus keluar dari zona nyaman karena untuk menggali unsur drama yang lebih banyak. Sementara yang terburuk adalah saat aku harus menempatkan posisi dalam ‘sepatu’ Miya. Memikirkan musibah yang datang silih berganti dan menghantam kehidupan Miya membuatku takut dan sedih. Aku sering berpikir, bagaimana kalau aku yang mengalaminya? Aku sudah siap belum? Apa yang aku lakukan? Aku sempat menangis beberapa kali dan enggak mau melanjutkan cerita, tapi langsung disambung lagi begitu ingat deadline, hehehe.

Lara Miya - instagram.com/latestbookmark

 3.    WRITING HACK – Salah satu hal yang membuat saya kagum pada Lara Miya adalah penokohan setiap karakternya yang bulat dan tidak serupa satu sama lain. Setiap karakter memiliki keunikan sendiri; Amaya yang tegas, Miya yang celamitan dan Raeka yang dewasa. Bagi rahasianya dong bagaimana kamu membuat karakter-karakter tersebut dari sekadar ide menjadi karakter yang menggerakkan cerita?

ERLIN – Aku senang mengamati dan salah satu cara membentuk tokoh-tokoh dalam ceritaku adalah lewat observasi. Baik dari anggota keluarga, teman-teman, orang-orang asing, celetukan pengguna di media sosial, sampai karakter dalam buku dan film. Kemudian, aku mengambil beberapa sifat mereka, lalu ‘meniupkan’ rohnya kepada para tokoh. Amaya dalam Lara Miya, misalnya. Karakternya adalah gabungan dari nenekku, Miranda dalam The Devil Wears Prada, dan salah satu atasanku di tempat kerja dulu. Amaya juga jadi tokoh yang paling sulit aku tulis sepanjang menulis Lara Miya, karena aku belum pernah menulis cerita dari sudut pandang wanita paruh baya.

4.    READING TIPS – Setiap pembaca pasti memiliki ritual atau cara membaca novel yang berbeda, barangkali ada yang senang membaca di tempat yang senyap atau malah sambil mendengarkan musik. Nah, menurut kamu, Lara Miya ini enaknya dibaca sambil ngapain sih?

ERLIN – Aku menggodok Lara Miya selama kurang lebih 2-3 bulan. Sepanjang proses itu, aku menulis, merevisi, menyunting, dan membaca ulang naskah dalam kamar yang agak redup. Awalnya karena lampu utama di kamar rusak, jadi aku mengandalkan lampu duduk dulu untuk penerangan. Tapi ternyata kebiasaan tadi berlanjut sampai Lara Miya naik cetak. Pencahayaan remang itu yang mungkin ikut membantuku untuk membangun suasana sendu dalam ceritanya. Selain itu, aku juga mendengarkan lagu-lagu dari Tulus saat menulis draf awal Lara Miya. Jadi buat kalian yang mau kenalan (atau membaca ulang) Lara Miya, ruangan yang agak redup dan playlist berisi tembang-tembang Tulus bisa menjadi pendamping yang tepat.

5.    WHAT’S DIFFERENT – Meski novel-novel Blue Valley pada dasarnya memiliki satu benang merah yang sama—yaitu, kehilangan—tetapi pasti setiap novel memiliki ciri khas atau keunikan sendiri-sendiri. Nah, menurut kamu apa kiranya yang membedakan Lara Miya dengan novel-novel Blue Valley yang lain?

ERLIN – Salah satu hal yang membedakan Lara Miya dari keempat novel Blue Valley lainnya adalah dua tokoh utama yang menjadi penutur ceritanya. Miya dan Amaya adalah dua wanita lintas generasi dengan kepribadian berbeda. Dari perbedaan ini, aku mengajak pembaca untuk melihat bagaimana mereka menyikapi kehilangan dari sosok yang sama-sama mereka sayangi: Muthia; adik Amaya yang juga ibu dari Miya. Konflik antara Miya dengan Amaya juga yang menciptakan unsur drama keluarga yang cukup kental. Kadang bikin aku gemas kalau mereka bertengkar, hahaha. Namun, Lara Miya tidak melulu bernuansa sendu. Kalian juga akan menemukan tawa dan kehangatan yang dihadirkan tokoh-tokohnya.

========================

Membaca Lara Miya rasanya seperti sarapan dengan makanan empat sehat lima sempurna. Kumplit. Buat kamu yang belum sempat membaca Lara Miya, boleh intip ulasan novelnya di sini [ Menyikapi Lara Kehilangan Bersama Miya dan Amaya ] atau langsung membelinya di toko buku terdekat. Lara Miya adalah bacaan yang tepat soal merelakan kehilangan dan memulai kembali cerita yang baru.

Anyway, terima kasih sekali lagi sudah mau menyisihkan waktu untuk Latest Bookmark, Erlin! Sukses untuk Lara Miya dan Playlist, dan ditunggu karya terbarunya muncul di toko buku.

Selamat malam!

Sampai berjumpa kembali di BICARA edisi bulan Ferbruari!


Post a Comment